Lumpuh 20 Jam, Lumajang-Malang Normal Lagi

Wednesday, October 27, 2010

SURABAYA POST - Setelah lumpuh sekitar 20 jam sejak Jumat (24/9) sore akibat tanah longsor di kawasan Piket Nol, jalur Lumajang-Malang normal kembali. Namun karena sebagian material longsor masih menumpuk di kiri-kanan jalan, arus lalulintas bergerak merayap.

“Syukurlah Sabtu siang sekitar pukul 10.00, jalur Lumajang-Malang yang melintasi lereng Semeru di Piket Nol bisa dibuka kembali,” ujar Sekretaris Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Kab. Lumajang, Rochani, Minggu (26/9) pagi tadi.

Praktis jalan nasional Lumajang-Malang (jalur selatan) itu lumpuh total sekitar 20 jam, sejak Jumat (24/9) pukul 14.00. Penyebabnya, hujan deras mengakibatkan turunnya material longsor di kawasan perbukitan Piket Nol, lereng Semeru tepatnya di antara Km 16-17 dari Pasirian, Lumajang.

Sedikitnya ada 8 titik longsor, dua di antaranya sangat besar hingga menutup semua badan jalan. Material longsoran tidak hanya tanah, tetapi disertai bebatuan besar dan kecil. Bahkan sejumlah pohon dari atas bukit tercerabut bersama akar-akarnya, meluncur ke badan jalan.

Di kilometer 16, air yang meluncur dari punggung perbukitan berubah menjadi sungai kecil. Air menggelontor dan memotong badan jalan, kemudian turun ke jurang sedalam sekitar 100 meter di sisi jalan.

Pemkab Lumajang pun mengerahkan 3 alat berat, eskavator dan buldozer untuk menyingkirkan material longsor dari badan jalan. Alat-alat berat mendorong material longsor ke arah tepi jalan ke dalam jurang.

Rochani mengakui, alat-alat berat yang dikirimkan Jumat sore kesulitan memasuki kawasan Piket Nol. Soalnya, sejak di atas kawasan permukiman, Desa Sumberwuluh, Kec. Candipuro sudah dihadang sejumlah longsoran kecil.

Setelah longsoran kecil-kecil itu dibersihkan, barulah ketiga alat berat itu meluncur ke Piket Nol. Suasana gelap gulita juga menyulitkan evakuasi material longsoran, yang baru bisa dimulai pada Jumat tengah malam. Barulah pada Sabtu pagi, pekerjaan normalisasi jalan yang melibatkan Tim Satlak PB, Tim SAR, TNI, Polri, dan masyarakat dilanjutkan kembali.

Setelah material berhasil disingkirkan, arus lalulintas masih berjalan merayap. Pengguna jalan harus ekstra hati-hati karena material longsor masih menumpuk di kiri-kanan jalan. Sejumlah warga setempat juga ikut mengatur lalulintas, sambil meminta jasa ‘uang rokok’ kepada pengguna jalan.

Selama jalur Lumajang-Malang lumpuh total sekitar 20 jam, arus lalulintas dari timur (arah Lumajang) berhenti di Desa Sumberwuluh, Kec. Candipuro. Sementara dari barat (arah Malang) berhenti di Desa Supiturang, Kec. Pronojiwo, Lumajang.

 “Waduh, tebu kami terpaksa menginap di jalan,” ujar Hasan, sopir truk pengangkut tebu, Sabtu siang. Hari itu ratusan truk tebu yang akan dikirim ke sejumlah pabrik gula (PG) di Malang terpaksa menunggu selama 20 jam di pinggir jalan Desa Sumberwuluh.

Penumpang ‘Keleleran’
Putusnya jalur di Piket Nol juga mengakibatkan ribuan penumpang bus dan mobil penumpang umum (MPU) keleleran baik di Sumberwuluh maupun di Supiturang. Sebagian langsung balik kanan, tidak melanjutkan perjalanan, sebagian lagi menunggu di kedua tempat itu.

Puluhan bus dan MPU pun terlihat berhenti terminal Kec. Candipuro dan Pronojiwo, menunggu jalur Piket Nol dibuka kembali. Sedangkan antrean mobil barang dan pribadi juga terjadi di sekitar Jembatan Besuk Kobokan (Geladak Perak) di Sumberwuluh dan Supiturang.

 “Kalau dihitung-hitung ya banyak kerugiannya karena tidak bisa melanjutkan perjalanan,” ujar Handoko, sopir bus mini Parikesit jurusan Malang-Lumajang. Ia terpaksa menghentikan busnya di Desa Kalibening, Kec. Pronojiwo, di sebelah barat lokasi longsor.

Berdasarkan catatan, jalur Lumajang-Malang terutama di Piket Nol rawan tanah longsor. Sejak Lebaran lalu, telah terjadi tiga kali tanah longsor. Yakni, Minggu (12/9), Selasa (21/9), dan Jumat-Sabtu (24-25/9). “Longsor yang terjadi Jumat-Sabtu lalu, yang terbesar,” ujar Bambang Edi Santoso, warga Desa Supiturang. 

0 comments: